Psikologi Eksperimen
1. Apakah suhu tinggi menyebabkan perilaku agresif ?
YA
2. Apa yang dilakukan eksperimenter untuk menjawab pertanyaan berikut ?
Agresivitas menurut Baron berkowitz maupun Aronson (dikutip Koeswara, 1988, h. 5) adalah tingkah laku individu yang ditunjukan untuk melukai atau mencelakakan individu yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Schneiders (Kiswarawati, 1992, h. 10) mendefinisikan agresi sebagai suatu bentuk respon yang mencari pengurangan ketegangan dan frustasi melalui perilaku yang banyak menunut, memaksa dan mengusai orang lain. Sementara itu Moore dan Fine (dikutip Koeswara, 1998, h. 5) mendefinisikan agresi sebagai tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun secara verbal terhadap individu lain ataupun terhadap objek-objek.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya agresivitas, antara lain; stres, deindividuasi, kekuasaan, efek senjata, provokasi, alkohol dan obat-obat, kondisi lingkungan, jenis kelamin, kondisi fisik, media massa, suhu dan penyimpangan pemikiran.
Suhu udara dapat mempengaruhi reaksi emosi seseorang. Bila diperhatikan dengan seksama tawuran yang terjadi di Jakarta seringkali terjadi pada siang hari di terik panas matahari, tapi bila musim huja relatif tidak ada peristiwa tersebut. Begitu juga dengan aksi-aksi demonstrasi yang berujung pada bentrokan dengan petugas keamanan yang biasa terjadi pada cuaca yang terik dan panas tapi bila hari diguyur hujan aksi tersebut juga menjadi sepi. Hal ini sesuai dengan pandangan bahwa suhu suatu lingkungan yang tinggi memiliki dampak terhadap tingkah laku sosial berupa peningkatan agresivitas. Pada tahun 1968 US Riot Comision pernah melaporkan bahwa dalam musim panas, rangkaian kerusuhan dan agresivitas massa lebih banyak terjadi di Amerika Serikat dibandingkan dengan musim-musim lainnya (Fisher et al, dalam Sarlito, Psikologi Lingkungan,1992).
Komentar
Posting Komentar